Pengaruh Halal Lifestyle pada Perkembangan Ekonomi di Indonesia

By chikitadinda - 20.54

Tumbuhnya gaya hidup halal merupakan bukti nyata semangat rasionalitas agama yang tinggi. Hal ini menyebabkan konsumen muslim semakin menjadi pemilih dalam pembelian produknya. Budaya Muslim di zaman modern juga semakin mencari keuntungan spiritual dari barang dan jasa yang mereka beli dan konsumsi yang sesuai dengan ajaran Islam. Faktor halal kemudian menjadi komersialisasi gaya hidup, di mana suatu produk harus memiliki komponen halal, dan konsumennya menjadi bagian dari gaya hidup kontemporer. Sektor-sektor yang berdampak dalam hal ini meliputi keuangan syariah, makanan halal, dan pariwisata halal.

Di Indonesia, gaya hidup halal yang semakin berkembang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan dan permintaan akan barang dan jasa halal. Tidak diragukan lagi ini merupakan peluang yang menjanjikan bagi para pelaku industri terkait. Dalam paper Jainali & Adinugraha (2022) ini dapat disimpulkan bahwa halal lifestyle di sektor perbankan syariah, halal food, dan halal tourism dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pada sektor perbankan syariah, ditunjukkan bahwa belanja perbankan syariah, zakat, dan pendidikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi (Wardani & Al Arif, 2021). Pembiayaan pada perbankan syariah pun memiliki kontribusi paling signifikan dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, tetapi tidak pada DPK. Oleh karena itu, perbankan syariah harus lebih efisien dalam menyalurkan DPK dalam pembiayaan (El Ayyubi et al., 2018). 


Menurut Peneliti Senior Pusat ekonomi dan Bisnis Syariah Universitas Indonesia (UI), Banjaran Surya Indrastomo mengungkapkan bahwa terdapat tiga hal yang menjadikan perbankan syariah Indonesia agar dapat berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan syariah global. Pertama, menjadi pusat pertumbuhan dengan berbagai inisiatif yang ada seperti konsolidasi, inovasi produk, dan holdingisasi yang dimotori perbankan syariah. Kedua, meningkatkan Research and Development (RnD) di bidang keuangan syariah melalui investasi ke riset maupun lembaga penelitian. Terakhir, tentang bagaimana perbankan syariah di Indonesia dapat menarik likuiditas dari luar negeri seperti timur tengah dengan aksi korporasi seperti pembukaan cabang maupun pendekatan kepada sumber pendanaan. Hal ini mengingat persebaran aset keuangan syariah pada tahun 2019/2020 didominasi oleh negara timur tengah.

Pada intinya, dibalik kuatnya perbankan syariah saat ini, terutama dalam menghadapi krisis pandemi, ternyata masih banyak kekurangan dan tantangan yang dihadapi perbankan syariah. Namun, Jika semua tantangan tersebut bisa diatasi, bukan tidak mungkin, perbankan syariah tahun ini bisa kembali tumbuh, bahkan melebihi pertumbuhaan ditahun sebelumnya. Terlebih dengan adanya merger tiga bank syariah besar di Indonesia menjadi Bank Syariah Indonesia. Tentunya menjadi harapan baru untuk Indonesia dapat mengembangkan ekonominya.

Perbankan syariah di Indonesia, dengan persentase penduduk Muslim mencapai 87% dan menjadi negara dengan jumlah Muslim terbesar di dunia diharapkan dapat berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan perluasan dan pembukaan lahan usaha baru melalui pembiayaan perbankan syariah diharapkan terjadinya percepatan perputaran roda perekonomian di Indonesia. Perlu adanya kolaborasi dalam meningkatkan pangsa pasar serta kontribusi bank syariah terhadap sektor ekonomi bagi seluruh pemangku kepentingan, BI, Lembaga Bank Syariah, dan umat Islam.

Pada sektor selanjutnya, yaitu halal food, Komalasari et al. (2020) menganalisis kontribusi ekonomi bisnis makanan halal bagi Indonesia. Studi mereka menggunakan metode yang dikenal sebagai analisis input-output, dengan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 dengan mengecualikan sektor non-halal, yaitu minuman beralkohol. Temuan penelitian mereka menunjukkan bahwa bisnis makanan halal memberikan manfaat bagi perekonomian Indonesia dan mendorong total produksi ekonomi sebesar Rp1,5 triliun. Apalagi, semakin populernya gaya hidup halal mempengaruhi kontribusi industri terhadap perekonomian nasional. Terbukti dengan pertumbuhan pangsa pasar sektor halal terhadap PDB, dari 24,3% pada tahun 2016 menjadi 24,86% pada tahun 2020 (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2021).

Indonesia mempunyai potensi sangat besar dalam menangkap peluang industri halal, baik di tingkat nasional, regional, maupun global. Laporan terakhir dari State of The Global Islamic Economy pada tahun 2018, sebagaimana disampaikan Mubarok & Imam (2020), menempatkan Indonesia sebagai urutan pertama untuk konsumen produk makanan halal di dunia. Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar, yakni mencapai 209,1 juta jiwa atau 87,2 persen dari total penduduk Indonesia (Mubarok & Imam, 2020). Angka tersebut mewakili 13,1 persen total populasi muslim di dunia. Pada skala global, potensi pasar industri halal juga tercermin dari jumlah penduduk muslim yang akan meningkat menjadi 2,2 milliar jiwa pada tahun 2030, padahal tahun 2010 masih sebesar 1,6 milliar (Mubarok & Imam, 2020). Selain itu, pada tahun 2017, Indonesia merupakan negara yang mampu menghabiskan USD 218,8 milliar untuk perekonomian syariah. Data tersebut menjadi cerminan bahwa Indonesia berpotensi sebagai negara dengan pangsa pasar produk halal terluas di dunia.

Meski demikian, strategi kebijakan di Indonesia sejauh ini masih perlu ditingkatkan agar bisa mengoptimalkan potensi pasar industri halal di tingkat global. Indonesia masih belum masuk dalam peringkat 10 besar global untuk kategori produsen makanan halal sebagaimana dipublikasi oleh State of The Global Islamic Economy tahun 2018. Penguatan industri halal sangat dibutuhkan bagi peningkatan perekonomian, sehingga dibutuhkan penguatan sektor-sektor industri halal. Selain sektor makanan, Indonesia masih belum mempunyai indeks terbaik untuk jenis sektor industri halal lainnya, khususnya berhubungan dengan industri gaya hidup (lifestyle). Selain itu, masih terdapat tendensi bahwa masyarakat dan pemangku kepentingan belum memiliki kesadaran yang tinggi tentang urgensi pengembangan industri halal yang notabene mempunyai prospek yang sangat baik.

Terakhir, pada sektor halal tourism, Rahmi (2020) menunjukkan bahwa wisata halal mendapat hasil dan respon positif dari wisatawan domestik dan mancanegara, terbukti dengan data kenaikan PDB dan sepuluh besar destinasi wisata halal negara anggota OKI serta jumlah wisatawan mancanegara. berkunjung ke Indonesia untuk menikmati wisata halal. Kekayaan budaya Indonesia juga memberikan peluang yang sangat baik untuk mempromosikan bisnis wisata halal, yang secara positif mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Sumber: Katadata.co.id


Dari data empiris, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil destinasi wisata halal terbanyak di tingkat global. Sampai tahun 2020, Indonesia dan Malaysia menempati urutan tertinggi dengan jumlah 78 destinasi wisata halal. Indonesia berhasil mengalahkan negara-negara penghasil wisata halal terbaik di dunia, seperti Turki, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, dan Qatar. Jumlah wisatawan muslim pada tahun 2020 mencapai 158 juta orang, dan diproyeksi mencapai 230 juta orang pada tahun 2026. Wisata halal diharapkan mampu mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi, mengingat peluangnya sangat besar. Potensi Indonesia yang dimiliki Indonesia sangatlah besar apabila serius mengelola wisata halal tersebut. Lombok, Aceh, Sumatera Barat serta beberapa provinsi lainnya ditetapkan oleh pemerintah sebagai tujuan wisata halal di Indonesia.


Referensi:
El Ayyubi, S., Anggraeni, L., & Mahiswari, A. D. (2018). Pengaruh Bank Syariah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Al-Muzara’ah, 5(2), 88–106.
Jainali, N., & Adinugraha, H. H. (2022). The Effect of Halal Lifestyle on Economic Growth in Indonesia. Journal of Economics Research and Social Sciences, 6(1), 44-53.
Katadata.co.id. (2020). Industri Halal untuk Semua. Tim Publikasi Katadata. Retrived from http:// katadata.co.id/timpublikasikatadata/analisisdata/5ea3a73811d32/i ndustri-halal-untuk-semua.
Komalasari, R., Nuryitmawan, T., Remi, S. S., & Hadiyanto, F. (2020). How Does Halal Food on Your Plate Punch Indonesia’s Economy? Jurnal Ekonomi Syariah Teori Dan Terapan, 7(12), 2385-2398.
Ministry of Finance Republic of Indonesia. (2021). Sektor Industri Halal Memiliki Potensi Besar dalam Perekonomian Nasional. Retrieved from https://www .kemenkeu.go.id/publikasi/berita/sektor-industri-halal-memiliki-potensi- besar-dalam-perekonomian- nasional/#:~:text=Sektor%20Industri%20Halal%20Memiliki%20Potensi%20Besar% 20dalam%20Perekonomian%20Nasional,- 17%2F11%2F2021&text=Jakarta%2C%2017%2F11%2F2021,memiliki%20potensi% 20yang%20sangat%20besar.&text=Sektor%20farmasi%20dan%20kosmetika%20halal, miliar%20dan%20US%244%20miliar.
Mubarok, F.K., & Imam, M.K. 2020. Halal industry in indonesia, challenges and opportunites. Journal of Digital Marketing and Halal Industry, Vol. 2, No. 1, pp. 55-64.
Rahmi, A. N. (2020). Perkembangan Pariwisata Halal dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Islamiconomic: Jurnal Ekonomi Islam, 11(1).
Wardani, I. I., & Al Arif, M. N. R. (2021). The Effect of Sharia Bank Financing, Zakat, and Education Expense, on Economic Growth and Human Development Index in Indonesia 2015-2019. Ekonomika Syariah: Journal of Economic Studies, 5(1), 1-10.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments