Review Film Milea - Suara Dari Dilan: Bersyukur atas Ketidaksempurnaan, Karena Itu Menyeimbangkan

By chikitadinda - 23.05

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216).



*exhale*
Halooo manteman sekalian pembaca blog yang kebetulan mampir.

Finally, gue nulis lagi yang rada deep kali ini, setelah skian lamaaaa.

Di postingan kali ini gue mau sedikit sharing setelah gue nonton film Milea: Suara Dari Dilan. Selain itu, tulisan ini juga didorong setelah weekend lalu gue lebih memilih banyak goler-goler untuk nontonin vlog Al, El Dul sampai pada akhirnya berhenti di salah satu talkshow privat Maia Estianty (lho, kok tiba-tiba kesini).

Gue 'menangkap' apa yang mau disampaikan Allah ke gue kali ini adalah soal ketidaksempurnaan yang menyeimbangkan. Sesuai dengan judul yang gue bikin diatas. Gue harap, apa yang Allah coba sampaikan ke gue bisa berguna juga buat kalian yang baca ini yaaa.

Gue nonton pake diskon Gopay. Dapet 2 voucher cashback 15rb dan cashback 10rb snack pake kode: GOPAYDIXXI2. Jadilah tiket nonton cuma keluar kocek 20rb saja. Semoga kodenya bermanfaat guys!

Gue baru banget nonton Milea: Suara Dari Dilan. Gue akui gue adalah penggemar Ayah Pidi Baiq nomor wahid (versi gue sendiri, jangan dibantah welk). Bahkan sebelum beliau booming dengan trilogi Dilannya, gue udah mengenal beliau (secara personal) dari serial buku Drunken yang gue lahap habis. Ayah juga baik hati banget dari dulu sampe sekarang masih follow twitter guee aaaaaa.

Lanjut ke buku kolaborasinya bareng Happy Salma dengan judul "Hanya Salju Pisau Batu". Masih lekat dipikiran gue yang waktu itu masih SMP, punya sahabat deket di kelas yang juga suka nulis dan bikin puisi, gue pinjemin dia buku itu sambil bilang, "Kita harus bikin kolaborasi kayak mereka!"

Tapi sampai sekarang belum ya? Kita cuma pernah sahut-sahutan puisi, kayaknya masih ada di blog lama kita. Hehe.
Semoga nanti yaa (-bukunya).

Anyway, sebegitu cintanya gue dengan karya Ayah Pidi, itulah kenapa gue selalu menyempatkan waktu untuk nonton film Dilan di bioskop, lengkap dari seri pertama hingga akhirnya ini menjadi yang terakhir (sad).

Bahkan nontonnya di beda kota!

Gue inget banget dimana gue nonton Dilan 1 di Kota Yogyakarta, Dilan 2 di Kota Malang, dan pada akhirnya Dilan 3 gue berkesempatan nonton di Kota aslinya, Bandung. Dulu sangking pengen tahunya Bandung dan si Dilan ini, pas baca bukunya tiap lokasi yang ayah tuliskan dibuku selalu gue search di Google Maps! Sampai pada akhirnya pas nonton Milea: Suara Dari Dilan tadi, sedikit demi sedikit gue mulai familiar dengan tempat-tempat yang diambil.

Rasanya selalu sama!
Nggak tahu kenapa, film trilogi Dilan ini bisa langsung bikin gue terdiam dan linglung ketika abis nonton.

Selalu ada waktu diatas motor perjalan pulang dari bioskop ke tempat pulang gue melamun dan menerawang. --inilah overthinking Chiki yang akhirnya tercurahkannya ke tulisan juga.

Cerita yang disampaikan terasa jujur, meskipun gue akui gue lebih suka ketika baca, tapi akting Iqbal disini gue acungin jempol. Bagaimana komunikasi secara ekspresi yang dia sampaikan itu nyampe. Pas. Ga berlebihan.

Note#1:
Scene yg paling bikin gue amaze adalah ketika Dilan abis ditampar ayahnya di kantor polisi dan nggak boleh pulang, Milea dateng ke markas Burhan dan bilang kalo mau putus. Disitu ekspresi Dilan keliatan banget berubah dari yang awalnya seneng tahu Milea datang untuk menyemangati namun kenyataannya sebaliknya, dia minta putus. Gue bisa nangkep apa yang Dilan rasain bahwa sebenernya dia hanya ingin dikuatkan pada posisi itu.

Gue nggak mau fokus sama orang-orang diluar sana yang teriak bilang Dilan bucin, Dilan terlalu kisah cinta menye-menye, dibalik itu banyak pesan yang disampaikan dan kita bisa memilih kok untuk ambil pesan-pesan positif itu dibanding melihat yang sebaliknya.

Balik lagi, gue rasa kisah cinta ini jauh dari kata romantis. Nyatanya malah tragis. Bagaimana sebenarnya mereka bisa saja bersama, namun apalah daya. Allah tahu yang terbaik.


Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216).


Keadilan Allah amat luas, banyak yang nggak terkira oleh manusia. Ada suatu hal yang dipandang buruk oleh manusia, tetapi justru di dalamnya tersimpan keadilan. Sebaliknya, ada pula sesuatu hal yang dipandang baik dan adil oleh manusia, namun nyatanya justru di dalamnya terdapat ketidakadilan.

Kisah nyata Dilan dan Milea nggak bisa bersatu ini adalah wujud dari Kesempurnaan Allah.

Dilan adalah manusia yang 'sempurna' digambarkan di kisah ini. Keren, anak motor, cerdas walau bandel, romantis, kuliah di ITB. Milea yang nggak kalah 'sempurna'. Cantik, manis, lembut hatinya, punya keluarga yang harmonis. Jika mereka bisa bersatu, dimana letak ketidaksempurnaannya?

Sedangkan sekali lagi, Allah-lah Dzat Maha Sempurna.


قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ، اللهُ الصَّمَدُ
Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa, Allah adalah ash-Shamad (Penguasa Yang Maha Sempurna dan bergantung kepada-Nya segala sesuatu)” (QS al-Ikhlaash:1-2).


"Kehidupan nggak selalu enak dan sama seperti yang kita bayangkan. Keseimbangan antara yang enak dan nggak enak itu selalu ada. Itu namanya balance." --Bunda Maia.

Lalu apa hubungannya dengan Maia dan Al El Dul, Chiki??????

Kalimat yang gue tulis tadi adalah kutipan yang dibilang oleh Bunda Maia yang langsung buat gue menohok. Ini videonya:


Note: kalian bisa langsung nonton di menit ke 3:12 - 3:44, atau denger dari awal juga boleh.
Source: https://youtu.be/DYZ2x8m2eJk

Gue langsung gamang.

Allah Maha Baik, Allah Maha Adil.
Allah Dzat Yang Maha Sempurna.

Berulangkali gue cuma bisa ucap kalimat itu.

Kehidupan nggak selalu enak. Nggak selalu apa yang sesuai dengan planning.

Lulus SMA. UN nilai terbaik. Ujian SNMPTN/SBMPTN lolos, sesuai jurusan yang dipengen. Masuk kuliah nilai selalu baik. Skripsi lancar. Hingga lulus cumload. Dapet kerja. Gaji tinggi. Ketemu jodoh, langsung nikah. Punya anak, bahagia, kehidupan finansial lancar dan secure.

Tentunya itu adalah gambaran kehidupan yang cukup sempurna untuk dilalui. Padahal nyatanya justru ketidaksempurnaan lah yang menyeimbangkan.

Bahwa ketidaksempurnaan justru yang menyempurnakan manusia.

Ketidaksempurnaan membuat orang akan berusaha menjadi lebih baik dengan mencari apa yang dianggapnya sempurna.

Dan dari Dilan dan Bunda Maia, Allah ngasih pesan buat gue. Nyentil gue sedikit yang selalu nggak pernah puas akan pelajaran yang selalu diberi oleh-Nya. Kali ini tentang BAB Syukur.
Dan dari Dilan dan Bunda Maia, minggu ini gue belajar banyak. Bahwa hidup adalah perjuangan. Termasuk juga perjuangan dan lulus ujian dalam menghadapi ketidaksempurnaan ini.

Semoga kalian sekalian, pun begitu.

Bandung,
3-3-2020 ; 22.41

  • Share:

You Might Also Like

0 comments